Home

Rabu, 20 Oktober 2010

tulisan 4


Fungsi Jilbab

Jilbab mempunyai nilai fungsi dalam kehidupan seorang wanita, yaitu:

Ø Melindungi muslimah dari fitnah. Sudah menjadi kenyataan bahwa daya tarik perempuan bagi laki laki merupakan tipu daya tak bisa dianggap enteng. Seperti tragedi antara Nabi Yusuf dan Zulaikha.Wanita memang menarik , tapi bukan berarti ia hidup untuk menarik perhatian lawan jenis.Tetapi wanita muslim hidup hanya untuk Allah SWT yakni Tuhannya, dengan cara menjalankan keinginan Tuhannya, yang membuat dirinya jauh dari fitnah . Allah memerintah muslimah untuk menutup auratnya ( Jilbab ), demi kebaikan hidup muslimah sendiri. Agar tidak diganggu oleh laki-laki yang bernafsu liar. Jilbab ini dapat meredam daya tarik tubuh luar biasa , sehingga seorang muslimah akan jauh dari godaan laki-laki pengumbar hawa nafsu. Hendaklah mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya ,. karena itu mereka tidak akan diganggu. ( Qs Al-Ahzab ayat 59)

Ø Mengangkat derajat dirinya di mata Allah . Dengan berjilbab, seorang muslimah akan senantiasa meluruskan niat dan menjaga prilaku agar dalam koridor penghambaan diri kepada Allah, bukan kepada mahluk-Nya. Berjilbab baginya adalah ibadah, apabila ibadahnya ingin diterima oleh Allah , maka ia akan berusaha berjilbal yang sesuai dengan ketentuan ketentuan Allah semata.
Ø Menjadi kontributor dalam menciptkan lingkungan sehat. Dengan berjilbab, ada suatu keinginan untuk memperbaiki diri terus- menerus ,dan menggali AL-Islam lebih mendalam. Sikap ini akan membangun keinginan dirinya untuk menjadi suri tauladan bagi lingkungan yang tidak Islami.

Ø Sebagai perisai dari perbuatan tercela. Jilbab akan mempunyai nilai kemulyaan Islam, gambaran keindahan diri muslimah , dan akan menjadi benteng kekuatan dari perbuatan tercela dan tipu daya syetan. apabila niat memakainya adalah hanya untuk Allah, dan karena Allah semata, serta tujuan hanya untuk melaksankan perintah Allah semata. Apabila ada bisikan syetan yang mengajak untuk melanggar aturan Allah, maka akan teringatlah dengar jilbabnya, bahwa sesungguhnya Jilbab ini adalah identitas kemuliaan Islam ,bukti ketaatan dirinya pada Allah, dan merasa malu melanggar janji dirinya pada Allah. Ia akan selalu mengingat bahwa hidup untuk beribadah kepada Allah dengan selalu berusaha perintah-Nya. Ia akan selalu mengingat pada perkataan Rabbnya kepada dirinya :

.. dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dalam dadanya, dan janganlah menampakan perhiasanya. ( An-Nissa :31)

. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . ( Al-Ahzab : 59)

Sebenarnya secara sederhana saja jika memakai jilbab terutama sekarang ini dapat menghindari kita dari panasnya matahari saat siang yang sangat menyengat akibat global warming. Tidak ada yang salah dengan memakai jilbab jika mau belajar apalagi untuk wanita muslim yang sudah baligh hukumnya wajib bukan siap atau tidak siap lagi. Kebanyakan alasannya tidak memakai jilbab karena panas, gerah, belum siap, pekerjaan dan lainnya, namun itulah Islam ingin melindungi umatnya. Tidak ada salahnya kalau mau mencoba secara perlahan ^^


tulisan 3


 Isra dan Mi'raj

Isra Mi'raj (Arab:الإسراء والمعراج‎, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāğ) adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[1]dan mayoritas ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Dari buku yang saya baca seharusnya dalam 1 hari shalat bisa sampai 50 kali, namun saat Nabi Muhammad berada dilangit  bertamu dengan Nabi terdahulu menyarankan-Nya untuk meminta shalat menjadi 5 waktu saja. Peristiwa Isra Mi'raj memang luar biasa, perjalanan yang seharusnya 1 bulan bisa ditempuh dalam kurang dari semalam. Allah memang Maha Besar. 

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Isra_dan_Mi%27raj

Senin, 18 Oktober 2010

tugas 2 (konflik antar kelompok)


Minimalisir Konflik Antar Kelompok Masyarakat

Dialog Antar Tokoh Agama dan Tokoh Etnis se-Kota Pontianak
Hal-hal yang menyangkut kepentingan kelompok, golongan, suku atau etnis dan agama perlu dikomunikasikan dan dibahas bersama-sama dengan dilandasi semangat kekeluargaan dan toleransi dari berbagai perbedaan yang ada. Hal ini sebagaimana diungkapkan Wakil Walikota Pontianak, Paryadi saat membuka Dialog Interaktif Tokoh Agama dan Tokoh Etnis se-Kota Pontianak yang digelar Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Pontianak, Kamis (31/12) di Aula Rohana Muthalib Kantor Bappeda Kota Pontianak.

Menurut Paryadi, perbedaan-perbedaan yang terdapat di lingkungan masyarakat hendaknya dapat dipahami secara arif dan bijaksana sebagai sesuatu kekayaan kultural untuk dicarikan kesamaannya demi kemajuan dan perkembangan Kota Pontianak yang aman, sejahtera dan harmonis. “Hampir semua etnis-etnis yang ada di Indonesia separuhnya ada di Kota Pontianak ini. Ini merupakan anugerah yang sangat besar di turunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk kita jaga dan kita pelihara dalam rangka memperkuat hubungan sosial dan hubungan ukhuwah sesama masyarakat Indonesia dalam sebuah wadah negara kesatuan ,” ujarnya.

Tujuannya, kata dia, adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat. “Untuk itulah kita harus mensinergikan dan menyatukan langkah. Makanya melalui forum ini kita ingin terus melakukan komunikasi yang intensif dengan semua kelompok atau golongan agar kita bersatu padu,” tuturnya.

Dikatakan Paryadi, adanya multikulturisme dan banyaknya etnis ini menjadi sesuatu yang layak jual untuk pariwisata. Kota Pontianak sebagai kota yang terdiri dari berbagai suku dan etnis merupakan nilai lebih sebagai pengembangan kepariwisataan di kota ini sehingga kedepannya Pontianak bisa menjadi refleksi dari keberagaman suku dan etnis yang ada di Indonesia.
Ia berharap dengan adanya forum ini bisa membentuk suatu wadah yang merangkum semua etnis yang ada di Kota Pontianak untuk membahas dan mendiskusikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kota Pontianak, Syarif Ismail mengungkapkan digelarnya dialog ini adalah untuk memantapkan kesadaran mengenai pemahaman tentang keberagaman etnis dan agama dengan segala konsekuensinya dalam kehidupan bermasyarakat. “Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan dalam kehidupan bermasyarakat yang multi etnis dan multi agama guna meminimalisir terjadinya kericuhan atau konfik antar kelompok masyarakat hingga tercipta kondisi yang kondusif untuk membangun Kota Pontianak ini,” kata Ismail.


Dialog ini diikuti 80 peserta dari berbagai tokoh agama dan tokoh etnis serta tokoh masyarakat lainnya yang ada di Kota Pontianak. Sebagai narasumber dalam dialog ini adalah Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc dan M. Dahrin La Ode, Sip, M.Si. (12)

sumber : http://www.pontianakkota.go.id/?q=news/minimalisir-konflik-antar-kelompok-masyarakat